Minggu, 14 Juni 2015

Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum



PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM 


  
1.    Pengertian Prinsip Pengembangan Kurikulum
Secara gramatikal, prinsip berarti asas, dasar, keyakinan dan pendirian. Prinsip juga mencerminkan hakikat yang dikandung oleh sesuatu, baik dalam dimensi proses maupun dimensi hasil dan bersifat memberikan rambu-rambu atau aturan main yang harus diikuti untuk mencapai tujuan secara benar.
Pengertian dan fungsi prinsip di atas bisa dijadikan dasar untuk menjelaskan arti dan fungsi prinsip-prinsip pengembangan kurikulum. Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum menunjukkan pada suatu pengertian tentang berbagai hal yang harus dijadikan patokan dalam menentukan berbagai hal yang terkait dengan pengembangan kurikulum, terutama dalam fase perencanaan kurikulum (curriculum planning). Prinsip-prinsip tersebut menggambarkan ciri dari hakikat kurikulum itu sendiri.
Esensi dari pengembangan kurikulum adalah proses identifikasi, analisis, sintesis, evaluasi, pengambilan keputusan, dan kreasi elemen-elemen kurikulum.

2.    Macam-macam Sumber Prinsip Pengembangan Kurikulum
       Dari prinsip menunjukkan dari mana asal muasal lahirnya suatu prinsip. Dari berbagai literatur tentang kurikulum dapat dikemukakan setidaknya ada empat sumber prinsip pengembangan kurikulum, yaitu: data empiris (empirical data), data experimen (experiment data), cerita atau legenda yang hidup di masyarakat (folklore of curriculum), dan akal sehat (common sense) (Olivia,1992:28).

3.    Tipe-tipe prinsip Pengembangan Kurikulum
Tipe-tipe prinsip pengembangan kurikulum merupakan tingkat ketepatan (validity) dan ketetapan (reliability) prinsip yang digunakan. Hal ini ada kaitannnya dengan sumber-sumber dari prinsip pengembangan kurikulum itu sendiri. Ada data, fakta, konsep dan prinsip yang tingkat kepercayaannya tidak diragukan lagi karena sudah dibuktikan secara empiris melalui suatu penelitian yang berulang-ulang. Ada pula data yang sudah terbukti secara empiris tapi masih terbatas dalam kasus-kasus tertentu sehingga belum bisa digeneralisir. Bahkan ada pula data yang belum dibuktikan dalam suatu penelitian tetapi sudah terbukti dalam kehidupan, dan menurut pertimbangan akal sehat dipandang logis, baik dan berguna.
         
   4.    Macam-macam Prinsip Pengembangan Kurikulum 
Macam-macam prinsip ini bisa bedakan dalam dua kategori, yaitu prinsip umum dan prinsip khusus.
a.       Prinsip umum
 Prinsip umumbiasanya digunakan hampir dalam setiap pengembangan kurikulum dimanapun. Prinsip umum ini merujuk pada prinsip yang harus diperhatikan dalam pengembangan kurikulum sebagai totalitas dari gabungan komponen-komponen yang menggabungnya.
Menurut Sukmadi (2000:150-151) menjelaskan bahwa terdapat 5 prinsip umum pengembangan kurikulum, antara lain:
1)      Prinsip Relevansi
Prinsip relevansi artinya prinsip kesesuaian. Prinsip ini ada dua jenis, yaitu relevansi eksternal (external relevanci) dan relevansi internal (internal relevance). Relevansi eksternal artinya kurikulum harus sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Sedangkan relevansi internal yaitu kesesuaian antar komponen kurikulum itu sendiri.
2)      Prinsip Fleksibilitas
Prinsip fleksibilitas berarti suatu kurikulum harus lentur (tidak kaku), terutama dalam hal pelaksanaannya. Pada dasarnya, kurikulum di desain untuk mencapai tujuan tertentu sesuai dengan jenis dan jenjang tertentu. Pengembangan kurikulum harus menggunakan berbagai metode atau cara tertentu yang sesuai dengan situasi dan kondisi tertentu, tempat dimana kurikulum itu diterapkan.
3)      Prinsip Kontinuitas
Prinsip kontinuitas artinya, kurikulum dikembangkan secara berkesinam-bungan, yang meliputi sinambung antar kelas maupun sinambung antar jenjang pendidikan.
4)      Prinsip Praktis atau Efisiensi
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan prinsip praktis, yaitu dapat dan mudah diterapkan di lapangan. Kurikulum harus bisa diterapkan dalam praktik pendidikan, sesuai dengan situasi dan kondisi tertentu.
5)      Prinsip efektivitas
Prinsip ini meneunjukkan pada suatu pengertian bahwa kurikulum selalu berorientasi pada tujuan tertentu yang ingin dicapai. Kurikulum merupakan instrumen untuk mencapai tujuan.

Ada 10 prinsip (axioms) pengembangan kurikulum yang diajukan Oliva, yaitu:
1)      Perubahan kurikulum adalah sesuatu yang tidak dapat dihindarkan dan bahkan diperlukan;
2)      Kurikulum merupakan produk dari masa yang bersangkutan;
3)      Perubahan kurikulum masa lalu sering terdapat secara bersamaan bahkan tumpang tindih dengan perubahan kurikulum yang terjadi masa kini;
4)      Perubahan kurikulum akan berhasil dan terjadi dan berhasil sebagai akibat perubahan pada masyarakat;
5)      Pengembangan kurikulum adalah kegiatan kerjasama kelompok;
6)      Pengembangan kurikulum pada dasarnya adalah proses menentukan pilihan dari sekian alternatif yang ada;
7)      Pengembangan kurikulum adalah kegiatan yang tidak akan pernah berakhir;
8)      Pengembangan kurikulum akan berhasil jika dilakukan secara komprehensif, bukan aktivitas bagian per bagian yang terpisah;
9)      Pengembangan kurikulum akan lebih efektif jika dilakukan dengan proses yang sistematis;
10)  Pengembangan kurikulum dilakukan berangkat dari kurikulum yang ada.

b.      Prinsip Khusus
Prinsip khusus artinya prinsip yang hanya berlaku ditempat tertentu dan situasi tertentu. Prinsip ini merujuk pada prinsip-prinsip yang digunakan dalam pengembangan komponen-komponen kurikulum. Prinsip pengembangan kurikulum yang khusus antara lain:
1)       Prinsip yang berkenaan dengan tujuan pendidikan
2)       Prinsip yang berkenaan dengan isi pendidikan
3)       Prinsip yang berkenaan dengan proses pembelajaran
4)       Prisip yang berkenaan dengan media dan alat bantu pembelajaran
5)      Prinsip yang berkenaan dengan evaluasi


Komponen-komponen Pengembangan Kurikulum

Kurikulum merupakan suatu sistem yang memiliki komponen-komponen tertentu. Komponen-komponen kurikulum antara lain :
1.         Komponen tujuan
Komponen tujuan berhubungan dengan arah atau hasil yang diharapkan.
Dalam skala makro, rumusan tujuan kurikulum erat kaitannya dengan filsafat atau sistem nilai yang dianut masyarakat. Tujuan menggambarkan sesuatu yang dicita-citakan masyarakat. Seperti halnya masyarakat Indonesia menganut sistem nilai pancasila, maka tujuan yang diharapkan tercapai oleh suatu kurikulum adalah terbentuknya masyarakat yang pancasilais.
Dalam skala mikro, tujuan kurikulum berhubungan dengan visi dan misi sekolah serta tujuan-tujuan yang lebih sempit, seperti tujuan mata pelajaran.
Tujuan pendidikan diklasisifikasikan menjadi 4 yaitu :
a.                Tujuan Pendidikan Nasional
Tujuan pendidikan nasional merupakan sumber dan pedoman dalam usaha penyelenggaraan pendidikan. Setiap lembaga penyelenggara pendidikan harus dapat membentuk manusia sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, yang dirumuskan dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003, pasal 3 bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik, agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.
b.                Tujuan Institusional (TI)
Tujuan institusional adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap lembaga pendidikan. Tujuan institusional merupakan tujuan antara untuk mencapai tujuan umum yang dirumuskan, berupa kompetensi lulusan setiap jenjang pendidikan, pendidikan dasar, pendidikan menengah, kejuruan, dan pendidikan tinggi.
c.                Tujuan Kurikuler (TK)
Tujuan kurikulum asalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap bidang studi atau mata pelajaran. Atau dapat didefinisikan sebagai kualifikasi yang harus dimiliki siswa setelah mereka menyelesaikan suatu bidang studi tertentu dalam suatu lembaga pendidikan.
d.               Tujuan Instruksional atau Tujuan Pembelajaran (TP)
Tujuan pembelajaran merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh anak didik setelah mereka mempelajari bahasan tertentu dalam bidang studi tertentu  dalam satu kali pertemuan.
Tiga klasifikasi domain (bidang) bentuk perilaku, menurut Bloom (1965);
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjp5eXu_eX28vfkDSQHYODEFGaPGjKuvgNdmi6FaCYpqIuoWZcY9k88Nqk6b3OtbWa9CpLe-lKz7-Au9otslF4wcTh9eoD8XyZQgCiXhyZS2f6AUFjqIeHWqv-PHX5Ma1oeF8WMAalUXBJ6/s320/44.jpg
o      Domain kognitif berkenaan dengan kemampuan intelektual atau kemampuan  berfikir, seperti kemampuan mengingat, dan memecahkan masalah.
o      Domain kafektif berkenaan dengan sikap, nilai-nilai dan apresiasi.
o      Domain psikomotor berkaitan dengan keterampilan atau skill.


2.         Komponen Isi/ Materi Pelajaran
Isi kurikulum merupakan komponen yang berhubungan dengan pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa. Isi kurikulum menyangkut semua aspek baik yang berhubungan dengan pengetahuan atau materi pelajaran yang biasanya tergambarkan pada isi setiap mata pelajaran yang diberikan maupun aktivitas dan kegiatan siswa.

3.         Komponen Metode/Strategi
Strategi dan metode merupakan komponen ketiga dalam pengembangan kurikulum. Komponen ini merupakan komponen yang memiliki peran sangat penting, sebab berhubungan dengan implementasi kurikulum.
Strategi meliputi rencana, metoda dan perangkat kegiatan yang direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber/kekuatan dalam pembelajaran. Upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal, dinamakan metode.
Menurut Roy Killen (1998) pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran.

4.         Komponen Evaluasi
Pengembangan kurikulum merupakan proses yang tidak pernah berakhir (Oliva, 1988). Proses tersebut meliputi perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Evaluasi merupakan komponen utuk melihat efektifitas pencapaian tujuan. Dalam konteks kurikulum evaluasi berfungsi untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai atau belum, atau untuk evaluasi yang digunakan sebagai  umpan balik dalam perbaikan strategi yang ditetapkan. Menurut Scriven (1976) fungsi evaluasi ada dua, yaitu fungsi sumatif dan fungsi formatif.
Evaluasi dikelompokkan kedalam dua jenis :
o     Tes adalah alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam aspek kognitif atau tingkat penguasaan materi pembelajaran.
o      Non tes adalah alat evaluasi yang biasanya digunakan untuk menilai aspek tingkah laku termasuk sikap, minat dan motifasi.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgSUjnpWvdujCxL2bvNCjjelBXD_j92JyhLaqKT4yUiBzGFDOq7O-EXSLiFE6GgIwlm7vJw5V9zSRN4d5_QovbqAo2Gq6aycA-VzF6_jLd-e4VS9XId97lJVOeGis03mqRKfjg_dCoo9Daw/s320/48.jpg


Mungkin hanya ini saja yang penulis paparkan, kurang lebihnya penulis mohon maaf, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca yang ingin mencari ilmu di bumi Allah SWT. “Sebaik-baik orang yang mau belajar adalah ia yang dapat mengambil pelajaran dari kesalahannya ( Guru terbesar adalah pengalamanmu sendiri entah baik maupun buruk)”.

Tugas Mata Kuliah Pembelajaran PKN di Sekolah Dasar
Dosen Pengampu: Dirgantara Wicaksono, M.Pd

1 komentar:

  1. As reported by Stanford Medical, It is really the ONLY reason this country's women get to live 10 years more and weigh on average 42 pounds less than we do.

    (And realistically, it is not related to genetics or some secret-exercise and really, EVERYTHING about "how" they eat.)

    P.S, I said "HOW", not "WHAT"...

    CLICK this link to find out if this short quiz can help you release your real weight loss potential

    BalasHapus