ARTIKEL
PERMASALAHAN
PEMBELAJARAN DALAM DASAR-DASAR
EVALUASI PENDIDIKAN
Oleh :
Nama : JUMIATI
NIM : 2013820098
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU
SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2014/2015
ABSTRAK
Jumiati. Permasalahan Pembelajaran dalam Dasar-dasar
Evaluasi Pendidikan. Observasi ini dibuat untuk memenuhi Ujian Akhir
Semester mata kuliah pembelajaran PKN di Sekolah Dasar, Jurusan Pendidikan Guru
Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Penulisan ini bertujuan untuk: 1) Mengetahui apa prinsip-prinsip dan
alat evaluasi 2)Mengetahui tujuan instruksional dalam dasar-dasar evaluasi
pendidikan. 3) Mengetahui
bagaimana penyusunan tes itu dilakukan. 4)Mengetahui
perbedaan antara menskor dan menilai. 5) Mengetahui bagaimana evaluasi program pengajaran dilakukan. Metode yang digunakan adalah metode studi pustaka. Pembelajaran dasar-dasar evaluasi dalam pendidikan dilakukan guna para
pendidik dapat mengetahui bagaimana dasar-dasar evalusi pendidikan dapat
dilakukan dengan baik dalam pembelajaran. Pembelajaran dasar-dasar evaluasi
pendidikan berperan sangat penting bagi para pendidik saat akan melakukan
pembelajaran yang diterima maupun yang akan diberikan kepada peserta didik baik
internal maupun eksternal.
Kata
kunci : Evaluasi Pendidikan
PENDAHULUAN
Banyak orang yang tidak menyadari bahwa setiap saat kita
selalu melakukan pekerjaan evaluasi.
Dalam beberapa kegiatan sehari-hari, sudah secara jelas kita selalu melakukan pengukuran dan penilaian.
Dari dua kalimat tersebut kita sudah menemukan sebuah kata istilah, yaitu
evaluasi, pengukuran, dan penilaian.
Untuk dapat melakukan sebuah penilaian, sebelumnya kita
pasti melakukan sebuah pengukuran dari segi manapun kita dapat mengambilnya
maupun melakukannya, sebagai contoh terdapat sebuah penggaris dan dua pensil (
panjang dan pendek ), dilihat secara kasat mata kita sudah bisa melakukan pengukuran
dan penilaian, pensil mana yang kiranya akan digunakan terlebih dahulu ? apakah
yang panjang atau yang pendek ? dan sudah jelas kebanyakan dari kita pasti akan
menggunakan pensil yang panjang, untuk dipakai.
Mengenai hal diatas kita juga dapat membahas bagaimana
penilaian pendidikan itu ? meskipun sekarang penilaian pendidikan memiliki
makna yang lebih luas, akan tetapi pada awalnya
pengertian evaluasi pendidikan selalu dikaitkan dengan prestasi belajar
siswa. Mengenai hal ini evaluasi pendidikan pertama kali dikembangkan oleh Ralph Tyler (1950). Yang dimana
evaluasi itu sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam
hal apa, dan bagaimana tujuan pendidikan sudah tercapai. Akan tetapi apabila
tujuan pendidikan itu belum tercapai apa
yang menyebabkan belum tercapainya tujuan pendidikan itu sendiri, masalah ini
dapat didefinisikan lebih luas oleh dua orang ahli ( Cronbach dan Stufflebeam )
dimana mereka mengemukakannya yaitu bahwa proses evaluasi bukan sekadar mengukur
sejauh mana tujuan tercapai, tetapi digunakan untuk menggunakan keputusan.
Dalam pembelajaran yang terjadi di sekolah atau khususnya di
kelas, guru adalah pihak yang paling bertanggung jawab atas hasilnya. Dengan
demikian, para guru patut dibekali dengan evaluasi sebagai ilmu yang mendukung
tugasnya, yaitu mengevaluasi hasil belajar siswa.
Mengenai Subjek Evaluasi sebagai pengertiaannya adalah orang
yang melakukan pekerjaan evaluasi. Yang disebut sebagai subjek evaluasi untuk
setiap tes, ditentukan oleh suatu aturan pembagian tugas atau ketentuan yang
berlaku. Sebagai contoh;
1. Untuk melaksanakan evaluasi tentang
prestasi belajar atau pencapaian maka sebagai subjek evaluasi adalah para guru.
2. Untuk melaksanakan evaluasi sikap
yang menggunakan sebuah skala maka sebagai subyeknya dapat meminta petugas yang
ditunjuk, dengan didahului oleh suatu latihan melaksanakan evaluasi tersebut.
3. Untuk melaksanakan evaluasi terhadap
kepribadian dimana menggunakan sebuah alat ukur yang sudah didistandarisasikan
maka subyeknya adalah ahli-ahli psikolog. Di samping alatnya yang harus
bersifat rahasia, maa subyek evaluasi haruslah seorang yang betul-betul ahli
karena jawaban dan tingkah laku orang yang di tes harus diinterpretasikan
dengan cara tertentu.
Dari
penjelasan diatas maka penulis akan menjelaskan apa itu Objek Evaluasi dalam
pembelajaran Dasar-dasar evaluasi pendidikan.
Yang
dimaksudkan dengan objek atau sasaran evaluasi adalah hal-hal yang menjadi
pusat perhatian untuk dievaluasi. Apa pun yang ditentukan oleh evaluator atau
penilai untuk dievaluasi, itulah yang disebut dengan objek evaluasi. Pada waktu
evaluator ingin menilai berat badan siswa, maka yang menjadi objek evaluasi
adalah berat badan siswa, sedang angka yang menunjukan berat badan siswa
dimaksud dengan hasil evaluasi. Dalam
proses pendidikan, siswa berstatus sebagai subjek didik-siswa aktif
belajar, sedangkan dalam evaluasi,
kinerja siswa berstatus sebagai objek evaluasi-kinerja siswa dicermati dan
diperhatikan oleh evaluator.
Kemudian
yang menjadi aspek-aspek objek evaluasi berkenaan dengan siswa sebagai masukan
mentah, masukan instrumental, dan masukan lingkungan dapat dikembangkan dari
apa yang sudah disampaikan diatas tadi. Beberapa hal yang perlu dibicarakan
dalam objek evaluasi adalah:
1. Penilaian dalam Kurikulum Berbasis
Kompetensi
Dalam buku
pedoman Penilaian Berbasis Kompetensi disebutkan bahwa Kurikulum berbasis
kompetensi adalah kurikulum yang dikembangkan berdasarkan pada kompetensi
lulusan ( untuk satu kali pembelajaran saat itu ). Tetapi dalam kepmendiknas
No.232/U/2000 dan No. 045/U/2002 dijelaskan bahwa kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggung jawab
yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu untuk masyarakat
dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu.
Pengertian
yang disebutkan dalam UU tersebut masih terlalu luas dan perlu penjelasan yang
disampaikan secara sederhana. Secara singkat dan mudah dapat dimengerti bahwa kompetensi adalah kemampuan. Wujud dari pemilikan kompetensi seseorang dapat
diketahui dari kinerja orang tersebut ketika menjawab pertanyaan atau melakukan
sesuatu.
2. Penilaian Tiga Ranah Psikologis
Menurut
teori yang dikemukakan oleh Bloom, ada tiga ranah dalam rekaan psikologis manusia
yang dapat diamati oleh evaluator, yaitu;
1. Aspek kognitif yang sudah banyak
dikenal dan dilakukan penilaiannya,
2. Aspek afektif yang menunjukan
pemilikan nilai dan sikap siswa, dan
3. Aspek motorik atau keterampilan.
4. Di Australia terdapat satu aspek
lainyang juga penting untuk dikembangkan dan dievaluasi, yaitu aspek perilaku
yang di dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah action.
Penilaian kompetensi aspek kognitif atau yang lebih banyak
dikenal dengan istilah pengetahuan, dimaksudkan untuk mengetahui tingkat
penguasaan siswa terhadap pengetahuan yang telah dikuasai dan menjadi miliknya.
Cara yang dapat digunakan melalui tes tertulis maupun lisan. Perbedaan antara
penilaian kurikulum yang bukan KBK dengan yang KBK, terletak pada ketetapan
objek yang dinilai. Kecenderungan masa lalu sebelum ada kebijakan KBK.
3. Penilaian aspek Afektif
Penilaian yang sudah banyak dilakukan oleh guru, bukan
penilaian yang dilakukan Departemen Pendidikan Nasional dalam ujian akhir atau
semester barulah penilaian yang tertuju pada ranah kognitif. Seperti sudah
disinggung dalam pembahasan diatas, bahwasannya aspek yang masih cenderung
hanya aspek kognitif saja, dan melupakan aspek afektif yang sebetulnya sangat
erat dan mendukung pencapaian aspek kognitif.
Contoh:
Penilaian terhadap prestasi
matematika pada siswa, bukan hanya kepandaian siswa itu dalam menyelesaikan
perhitungan, tetapi juga harus dinilai seberapa cermat siswa tersebut dalam
menuliskan angka-angka dalam hitungan dimaksud. Kekurangan membuat tanda koma misalkan,
akan sangat berakibat fatal dalam perhitungan.
Dalam
pembahasan diatas sudah dijelaskan mengenai subjek evaluasi, dan sasaran
evaluasi bahkan sekaligus mengenai objek evaluasinya, maka yang sekarang akan
penulis menjelaskan mengenai sasaran evaluasi secara rinci, yakni: objek atau
sasaran evaluasi adalah segala sesuatu yang menjadi titik pusat pengamatan
karena penilaian menginginkan informasi untuk unsur-unsurnya meliputi;
1. Input, calon siswa sebagai pribadi
yang utuh dapat ditinjau dari beberapa segi yang menghasilkan bermacam-macam
bentuk tes yang digunakan sebagai alat untuk mengukur. Aspek yang bersifat
rohani setidaknya mencakup empat hal, yaitu; kemampuan dari seorang calon
siswa, kepribadiannya, sikap-sikap yang dimilikinya, dan juga intelegensi bagi
calon siswa.
2. Transformasi, banyak unsur yang
terdapat dalam transformasi yang semuanya dapat menjadi sasaran atau objek
penilaian demi diperolehnya hasil pendidikan yang diharapkan. Unsur-unsur yang
menjadi objek dalam transformasi antara lain, 1) kurikulum/materi, 2) metode
dan cara penilaian, 3) sarana pendidikan/media, 4) sistem administrasi, 5) guru
dan personal lainnya.
3. Output, penilaian terhadap lulusan
suatu sekolah dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh tingkat
pencapaian/prestasi belajar mereka selama mengikuti program. Alat yang
digunakan untuk mengukur pencapaian ini disebut tes pencapaian atau achievement
test. Kecenderungan yang ada sampai saat ini di sekolah adalaha bahwa guru
hanya menilai prestasi belajar aspek konitif atau kecenderungan saja. Alatnya
adalah tes tertulis.
METODE
Penelitian ini
menggunakan metode studi pustaka. Yakni mengkaji berbagai literatur untuk
memecahkan permasalahan yang dihadapi.
HASIL DAN
PEMBAHASAN
Evaluasi adalah kegiatan pengumpulan data untuk mengukur
sejauh mana tujuan sudah tercapai. Sedangkan pendidikan Dalam (Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional)
dijelaskan pengertian pendidikan adalah usaha sadar dan terencana yang tertuang
ke dalam tujuan pendidikan nasional, Sedangkan Menurut Kamus Bahasa Indonesia, Kata pendidikan berasal dari kata
‘didik’ dan mendapat imbuhan ‘pe’ dan akhiran ‘an’, dari devinisi tersebut,
maka dapat dijelaskan bahwa pendidikan mempunyai arti sebuah cara
mendidik siswa atau memotivasi siswa untuk
berperilaku baik dan membanggakan. bila dijelaskan secara spesifik, maka
devinisi pendidikan adalah suatu proses pengubahan sikap dan perilaku seseorang
atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran
atau pembelajaran.
1. Prinsip-prinsip
dan Alat evaluasi
A. Prinsip-prinsip
Evaluasi
Ada
satu prinsip umum dan penting dalam kegiatan evaluasi, yaitu adanya triangulasi
atau hubungan erat tiga komponen, yaitu:
a. Tujuan pembelajaran,
b. Kegiatan pembelajaran atau KBM, dan
c. Evaluasi
Triangulasi
tersebut dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut.
Tujuan
|
KBM
|
Evaluasi
|
Penjelasan dari bagan triangulasi
adalah demikian.
a. Hubungan antara Tujuan dengan KBM
Kegiatan
belajar-mengajar yang dirancang dalam bentuk rencana mengajar disusun oleh guru
dengan mengacu pada tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian, anak panah
yang menunjukan hubungan antara keduanya mengarah pada tujuan dengan makna
bahwa KBM mengacu pada tujuan, tetapi juga mengarah dari tujuan ke KBM,
menunjukkan langkah dari tujuan dilanjutkan pemikirannya ke KBM.
b. Hubungan antara Tujuan dengan
Evaluasi
Evaluasi
adalah kegiatan pengumpulan data untuk mengukur sejauh mana tujuan sudah
tercapai. Dengan makna demikian maka anak panah berasal dari evaluasi menuju ke
tujuan. Di sisi lain, jika dilihat dari langkah, dalam menyusun alat evaluasi
ia mengacu pada tujuan yang sudah dirumuskan.
c. Hubungan antara KBM dengan Evaluasi
Seperti
yang sudah dijelaskan pada nomor 1) KBM dirancang dan disusun dengan mengacu
pada tujuan yang telah dirumuskan. 2) bahwa alat evaluasi juga disusun dengan
mengacu pada tujuan. Kecenderungan yang terdapat dalam praktek sekarang ini
adalah bahwa evaluasi hasil belajar hanya dilakukan dengan tes tertulis,
menekankan aspek pengetahuan saja. Hal-hal yang berkaitan dengan aspek-aspek
lain, kurang mendapatkan aspek pengetahuan.
B. Alat Evaluasi
Dalam pengertian umum, alat adalah
sesuatu yang dapat digunakan untuk mempermudah seseorang dalam melaksanakan
tugas atau mencapai tujuan secara lebih efektif dan efisien. Kata alat biasa
disebut juga dengan istilah “ instrument“. Dengan demikian, alat evaluasi juga
dikenal dengan instrument evaluasi.
Contoh pertama:
jika
yang dievaluasi suatu keterampilan siswa dalam membaca, maka hasil evaluasinya
berupa gambaran tentang tingkat keterampilan siswa dalam membaca.
Contoh kedua:
jika
yang dievaluasi seberapa siswa mampu mengingat nama kota atau sungai, hasil
evaluasi berupa berapa banyak siswa dapat menyebutkan nama kota dan sungai yang
diingat.
Dengan pengertian tersebut, alat evaluasi dikatakan baik
apabila mampu mengevaluasi sesuatu dengan hasil seperti keadaan yang
dievaluasi. Dalam menggunakan alat tersebut sang evaluator menggunakan cara
atau teknik, maka dikenal dengan teknik evaluasi.
2. Tujuan
Instruksional ( Instructional Objectives )
Materi sesuatu bidang studi tidak mungkin menjadi milik
kita, tanpa dipelajari terlebih dahulu, baik dipelajari sendiri maupun
diajarkan oleh guru. Proses atau kegiatan mempelajari materi ini terjadi dalam
saat terjadinya situasi belajar-mengajar atau pengajaran (Instruksional). Dari
perkataan pengajaran atau instruksional inilah maka timbul istilah tujuan
instruksional, yaitu tujuan yang menggabarkan pengetahuan, kemampuan,
keterampilan dan sikap yang harus dimiliki oleh siswa sebagai akibat dari hasil
pengajaran yang dinyatakan dalam bentuk tingkah laku yang dapat diamati dan
diukur. Ada dua macam tujuan instruksional, yaitu: 1) Tujuan Instruksional
Umum, dan 2) Tujuan Instruksional Khusus. Sebenarnya tujuan khusus dari instruksional
sudah menjadi satu kesatuan atau satu tujuan sebagai tujuan instruksional umum.
Di dalam merumuskan tujuan instruksional harus diusahakan
agar tampak bahwa setelah tercapainya tujuan itu terjadi adanya perubahan pada
diri anak yang meliputi kemampuan intelektual, sikap/minat maupun keterampilan
yang di utarakan oleh Bloom dan kawan-kawannya dikenal sebagai aspek kognitif,
afektif, dan psikomotorik.
Dalam merancang system belajar yang akan dilakukan oleh
seorang guru, langkah pertama yang harus dilakukan adalah membuat tujuan
instruksional. Dengan tujuan:
a. Guru memiliki arah untuk memilih
bahan pelajaran dan memilih prosedur mengajar.
b. Siswa mengetahui arah belajarnya
c. Setiap guru mengetahui batas-batas
tugas dan wewenangnya dalam mengajarkan suatu materi sehingga diperkecil
kemungkinan timbulnya celah atau saling menutup antara guru.
d. Guru memiliki patokan dalam
mengadakan penilaian kemajuan belajar siswa.
e. Guru sebagai pelaksana dan
petugas-petugas pemegang kebijaksanaan mempunyai criteria untuk mengevaluasi
kualitas maupun efisiensi pengajaran.
3. Penyusunan
Tes
Tentu saja setiap guru akan dengan mudah mengatakan bagian
pelajaran mana yang akan dicakup dalam sebuah tes jika sudah diketahui
tujuannya. Dalam penyusunan tes aka nada langkah-langkah dalam membuat atau
menyusun tes secara rinci sebagai berikut:
1.
Menentukan
tujuan mengadakan tes
2.
Melakukan
pembatasan terhadap bahan yang akan dijadikan tes,
3.
Merumuskan
tujuan instruksional khusus dati tiap bagian bahan,
4.
Mengurutkan
semua indicator dalam tabelpersiapan yang memuat pula aspek tingkah laku
terkandung dalam indicator tersebut,
5.
Menyusun
table spesifikasi yang memuat pokok materi, aspek berpikir yang diukur beserta
imbangan antara kedua hal tersebut.
6.
Menuliskan
butir-butir soal, didasarkan atas indicator-indikator yang sudah dituliskan
pada table indicator dan aspek tingkah laku yang dicakup.
Apabila
indikator ditulis sangat khusus, maka saw indicator diukur oleh saw butir soal.
Akan tetapi, jika indicator itu merupakan indicator esensial, maka satu
indicator dapat diukur dengan lebih dari satu butir soal.
4.
Evaluasi Program Pengajaran
Evaluasi
program adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja untuk
melihat tingkat keberhasilan program. Ada beberapa pengertian tentang program
itu sendiri. Di dalam kamus tertulis: program adalah rencana, Program adalah
kegiatan yang direncanakan dengan seksama.
Melakukan
evaluasi program adalah Kegiatan yang dimaksudkan untuk mengetahui seberapa
tinggi tingkat keberhasilan dari kegiatan yang direncanakan. Sesuatu kegiatan
dapat direncanakan apabila kegiatan yang bersangkutan memang dipandang penting
sehingga apabila tidak direncanakan secara baik, bisa jadi akan timbul
kesulitan atau hambatan. Penyelenggaraan pendidikan bukan sesederhana membuat
misalkan rencana liburan. Dampak pendidikan akan meliputi banyak orang dan
menyangkut banyak aspek. Oelh karena itu, kegiatan pendidikan harus dievaluasi
agar dapat dikaji apa kekurangannya? Dan kekurangan tersebut dapat di
pertimbangkan untuk pelaksanaan pendidikan pada waktu lain. Sebenarnya yang
menjadi titik awal dari kegiatan evaluasi program adalah keingintahuan penyusun
program untuk melihat apakah tujuan program sudah tercapai atau belum.
Apa
perlunya melakukan evaluasi program? Evaluasi program biasanya dilakukan untuk
kepentingan pengambil kebijaksanaan untuk menentukan kebijaksanaan selanjutnya.
Dengan melalui evaluasi program, langkah evaluasi bukan hanya dilakukan
seadanya saja, akan tetapi harus sistematis, rinci, dan menggunakan prosedur
yang sudah diuji secara cermat. Dengan metode-metode tertentu maka akan
diperoleh data yang baik, jelas serta dapat dipercaya. Penentuan kebijaksanaan
akan tepat apabila data yang digunakan sebagai dasar pertimbangan tersebut
benar, akurat, dan lengkap.
Ada empat
macam kebijaksanaan lanjutan yang mungkin diambil setelah evaluasi program
dilakukan, yaitu:
a. Kegiatan tersebut dilanjutkan karena
dari data yang terkumpul diketahui bahwa program ini sangat bermanfaat dan
dapat dilaksanakan dengan lancar tanpa hambatan sehingga kualitas pencapaian
tujuannya tinggi.
b. Kegiatan tersebut dilanjutkan dengan
penyempurnaan karena dari data yang berkumpul diketahui bahwa hasil program
sangant bermanfaat tetapi pelaksanaannya
kurang lancar atau kualitas pencapaian tujuan kurang tinggi.
c. Kegiatan tersebut dimodifikasi karen
Data yang terkumpul dapat diketahui bahwa kemanfaatan hasil program kurang
tinggi sehingga perlu disusun lagi perencanaan secara lebih baik.
d. Kegiatan tersebut tidak dapat
dilanjutkan ( dengan kata lain dihentikan) karena dari data yang terkumpul
diketahui bahwa hasil program kurang bermanfaat, ditambah lagi di dalam
pelaksanaan sangat banyak hambatannya.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas
dapat ditegaskan bahwa dasar-dasar evaluasi pendidikan dimaksudkan agar
pembelajaran lebih bermakna dan utuh serta dapat berkembang secara baik dan
terstruktur. Dasar-dasar evaluasi pendidikan ini memiliki peran yang sangat penting dalam
meningkatkan perhatian, aktivitas belajar, dan pemahaman siswa terhadap materi
yang dipelajarinya dan yang telah diberikan oleh siswa, karena guru harus lebih
perduli terhadap peningkatan mutu pendidikan yang lebih tersusun secara
sistematis, dan terus bisa memperbaiki mutu kinerja guru terhadap pembelajaran
dan mutu program pendidikan , peran guru
serta peningkatan program dalam dasar-dasar evaluasi pendidikan menjadi salah
satu tujuan bagaimana seharusnya guru
dapat meningkatkan mutu kualitas siswa, kinerja guru, serta mutu sekolah.
Sebuah tujuan akan terwujud
apabila Peningkatan hasil belajar dan
mutu kinerja guru sudah terealisasi dengan upaya yang mereka susun secara
sistematis, serta diikuti dengan dasar-dasar evaluasi pendidikan yang baik. Dalam pembelajaran yang terjadi di
sekolah atau khususnya di kelas, guru adalah pihak yang paling bertanggung
jawab atas hasilnya. Dengan demikian, para guru patut dibekali dengan evaluasi
sebagai ilmu yang mendukung tugasnya, yaitu mengevaluasi hasil belajar siswa.
SARAN
Untuk mewujudkan tujuan yang telah disusun dengan
baik, maka penulis sedikit memberikan saran bagi para guru, yakni: 1) dimana
guru harus mengetahui dasar-dasar evaluasi apa yang akan dilakukan untuk mutu
kinerja dan program mereka. 2) melakukan instruksional sebagai pengetahuan
serta mempermudah program yang akan dilakukan sesuai tujuannya. 3) seharusnya
para evaluator lebih peka terhadap mutu pendidikan yang saat ini dipandang
sudah semakin menurun dan melenceng dari tujuan itu sendiri. Dengan demikian
guru juga harus menerima kritik serta saran dari berbagai pihak, agar dapat
melakukan keinginan untuk meningkatkan mutu pendidikan yang lebih baik lagi.
DAFTAR
PUSTAKA
Amir DaienIndrakusuma. 1975. Evaluasi pendidikan,
jilid I. Terbitan sendiri
Marsandi, Suharsimi
Arikunto, Suroso, R.F. Salinger. 1978. Dasar-dasar ruang lingkup dan Strategi
penelitian disekolah. Jakarta: BP3K Dep. P dan K.
Sudijarto, 1978. Kurikulum
1975, Latar Belakang Proses Pengembangan, cirri-cirinya dan Implikasi
Pelaksanaannya. Jakarta: BP3K Dep. P Dan K.
Suharsini, Arikunto.
1978. Sebuah pengetahuan Dasar Tentang Evaluasi Pendidikan. Terbitan Sendiri.
Thorndike, Robert L
& Hagen Elizabeth. 1955. Measurement and Evaluation In Psychology and
Education, Third Editioun. New York : John wiley & Sons, Inc.