Pendidikan Indonesia Gawat Darurat
Sebagai
salah satu wahana pembentuk karakter bangsa, sekolah adalah lokasi penting
dimana para "Nation Builders" Indonesia diharapkan dapat berjuang
membawa negara bersaing di kancah global. Seiring dengan derasnya tantangan global,
tantangan dunia pendidikan pun menjadi semakin besar, hal ini yang mendorong
para siswa mendapatkan prestasi terbaik.
Namun,
dunia pendidikan di Indonesia masih memiliki beberapa kendala yang berkaitan
dengan mutu pendidikan diantaranya adalah
1. Keterbatasan
akses pada pendidikan,
2. Jumlah
guru yang belum merata,
3. Kualitas
guru itu sendiri dinilai masih kurang.
4. Terbatasnya
akses pendidikan di Indonesia, terlebih lagi di daerah berujung kepada
meningkatnya arus urbanisasi untuk mendapatkan akses ilmu yang lebih baik di
perkotaan.
Menurut
pegiat pendidikan Indonesia, Anies Baswedan
keterbatasan akses pendidikan di daerah menjadi pangkal derasnya arus
urbanisasi. "Yang menjadi persoalan, di Jabodetabek jumlahnya sudah
proporsional, tapi jangan kita hanya bicara urban. Justru di luar urban itu
kita punya masalah dan itu yang menyebabkan migrasi ke Jakarta," ujar
Anies. Secara tidak langsung, masyarakat Indonesia didorong untuk melakukan
urbanisasi karena keterbatasan fasilitas di daerah. Ia menilai akses pendidikan
harus dibuka seluas-luasnya untuk seluruh masyarakat dengan penyediaan
fasilitas yang mendukung program tersebut. "Kalau sekolah hanya di ibukota
kecamatan, maka yang jauh kan jadi nggak bisa sekolah," tandasnya.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Anies Baswedan menyebut kondisi pendidikan Indonesia saat ini sedang dalam
kondisi gawat darurat. Dari sejumlah data yang dimiliki Kemendikbud, dalam
beberapa tahun terakhir, dunia pendidikan Indonesia menunjukkan hasil buruk.
Berikut
beberapa data mengenai hasil buruk yang dicapai dunia pendidikan Indonesia pada
beberapa tahun terakhir.
1)
Sebanyak 75 persen sekolah di
Indonesia tidak memenuhi standar layanan minimal pendidikan.
2)
Nilai rata-rata kompetensi guru di
Indonesia hanya 44,5. Padahal, nilai standar kompetensi guru adalah 75.
3)
Indonesia masuk dalam peringkat 40
dari 40 negara, pada pemetaan kualitas pendidikan, menurut lembaga The Learning
Curve.
4)
Dalam pemetaan di bidang pendidikan
tinggi, Indonesia berada di peringkat 49, dari 50 negara yang diteliti.
5)
Pendidikan Indonesia masuk dalam
peringkat 64, dari 65 negara yang dikeluarkan oleh lembaga Programme for
International Study Assessment (PISA), pada tahun 2012. Anies mengatakan, tren
kinerja pendidikan Indonesia pada pemetaan PISA pada tahun 2000, 2003, 2006,
2009, dan 2012, cenderung stagnan.
6)
Indonesia menjadi peringkat 103
dunia, negara yang dunia pendidikannya diwarnai aksi suap- menyuap dan pungutan
liar. Selain itu, Anies mengatakan, dalam dua bulan terakhir, yaitu pada
Oktober hingga November, angka kekerasan yang melibatkan siswa di dalam dan
luar sekolah di Indonesia mencapai 230 kasus.
Data-data
ini, sebut Anies, menunjukkan kinerja buruk pemerintah, yang perlu mendapat
perhatian serius. "Kita semua bertanggung jawab. Kita harus turun tangan.
Langkah yang harus kita kerjakan jangan tanggung-tanggung. Banyak hal yang
harus kita ubah demi pendidikan Indonesia," kata Anies.
Ø Mengatasi
masalah pendidikan ( Kemendikbud )
Untuk mengatasinya, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) akan bekerja sama dengan pemerintah
daerah, baik tingkat provinsi maupun kabupaten/kota, dalam hal distribusi guru
di daerah-daerah supaya lebih merata. "Jika manajemen guru bisa ditangani
lebih optimal, tidak parsial, maka bisa dipindahkan ke kabupaten atau daerah yang
berdekatan," ungkap Hamid.
Ø Meningkatkan
Kualitas Guru
Kemudian,
untuk meningkatkan kualitas para guru, Kemendikbud akan meningkatkan
kualifikasi guru melalui beasiswa S-1 bagi guru SD dan SMP. Hamid menjelaskan,
jumlah guru SD di sekolah negeri dan swasta sekitar 1.850 ribu guru. Dari
jumlah tersebut, hanya 60 persen guru yang sudah memenuhi kualifikasi dengan
gelar S-1, sedangkan 40 persen lainnya belum memenuhi kualifikasi. Tiap
tahunnya, Kemendikbud juga menyiapkan beasiswa untuk 100 ribu calon guru guna
menempuh pendidikan S-1 melalui bantuan beasiswa S-1 untuk guru SD dan SMP. Di
dunia internasional, kualitas pendidikan Indonesia berada di peringkat ke-64
dari 120 negara di seluruh dunia berdasarkan laporan tahunan UNESCO Education
For All Global Monitoring Report 2012. Sedangkan berdasarkan Indeks
Perkembangan Pendidikan (Education Development Index, EDI), Indonesia berada
pada peringkat ke-69 dari 127 negara pada 2011.
Di sisi lain, kasus putus sekolah anak – anak usia sekolah di Indonesia juga masih tinggi "Berdasarkan data Kemendikbud 2010, di Indonesia terdapat lebih dari 1,8 juta anak setiap tahun tidak dapat melanjutkan pendidikan.
Di sisi lain, kasus putus sekolah anak – anak usia sekolah di Indonesia juga masih tinggi "Berdasarkan data Kemendikbud 2010, di Indonesia terdapat lebih dari 1,8 juta anak setiap tahun tidak dapat melanjutkan pendidikan.
Hal ini disebabkan oleh
tiga faktor, yaitu
1.
faktor ekonomi
2.
anak – anak terpaksa bekerja untuk mendukung
ekonomi keluarga.
3.
pernikahan di usia dini,”
Menurut
Sekretaris Direktorat Jendral Perguruan Tinggi Dr. Ir. Patdono Suwignjo, M.
Eng, Sc di Jakarta. Dalam laporan terbaru Program Pembangunan PBB tahun 2013,
Indonesia menempati posisi 121 dari 185 negara dalam Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) dengan angka 0,629. Dengan angka itu Indonesia tertinggal dari dua negara
tetangga ASEAN yaitu Malaysia (peringkat 64) dan Singapura (18), sedangkan IPM
di kawasan Asia Pasifik adalah 0,683.
"Kita
harus menyelesaikan permasalahan pendidikan ini, karena kepemilikan atas
pengetahuan adalah kunci seseorang mencapai kesejahteraan," menurut
figur pendidikan Indonesia, Anies Baswedan. Dalam perkembangan pendidikan
Indonesia, pemerintah telah melaksanakan berbagai kebijakan untuk meningkatkan
kualitas pendidikan guna menghadapi persaingan bebas dunia yang akan segera
berlaku dengan terwujudnya komunitas ASEAN pada tahun 2015 mendatang.
Kurikulum
2013 merupakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang berfokus pada
penguasaan pengetahuan yang kontekstual sesuai daerah dan lingkungan
masing-masing. Kurikulum tersebut menitikberatkan penilaian siswa pada
tiga hal:
a. Sikap
(jujur, santun, disiplin),
b. Keterampilan
(melalui tugas praktek/ proyek sekolah), dan
c. Pengetahuan
keilmuan. Pada tingkat dasar seperti SD,
kurikulum
ini lebih fokus pada pembentukan sikap dan keterampilan hidup,
sedangkan keilmuannya lebih 'ringan' daripada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan.
Pada
tingkat lanjutan seperti SMP dan SMA, porsi penguasaan keilmuan lebih
ditingkatkan karena pribadi murid dianggap sudah terbentuk pada tingkat dasar.
Menurut Musliar, kurikulum baru akan diterapkan pada siswa SD kelas 1, 2, 4 dan
5; siswa SMP kelas 8 dan 9; serta siswa SMA kelas 10 dan 11. Pemerintah tidak
akan mencetak buku bahan ajar. Seperti pelaksanaan pada tahun sebelumnya,
Kemendikbud akan mengunggah buku bahan ajar ke dalam situs internet.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar